Penanganan Perdarahan Akut pada Hemofilia
Penanganan Perdarahan Akut pada Hemofilia
IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA
REKOMENDASI
No.: 003/Rek/PP IDAI/VI/2013
tentang
Penanganan Perdarahan Akut pada Hemofilia
- Hemofilia A disebabkan kekurangan faktor VIII, sedangkan hemofilia B disebabkan kekurangan faktor IX.
- Secara klinis, perdarahan pada hemofilia A maupun B tidak dapat dibedakan. Perdarahan dapat terjadi spontan atau pasca trauma/operasi. Berdasarkan aktifitas kadar faktor VIII/IX, hemofilia dapat diklasifikasikan menjadi ringan, sedang, dan berat.
- Tata laksana pasien hemofilia harus bersifat komprehensif dan multidisiplin, melibatkan tenaga medis di bidang hematologi, bedah ortopedi, gigi, psikiatri, rehabilitasi medik, serta unit transfusi darah.
- Bila terjadi perdarahan akut pada sendi/otot, sebagai pertolongan pertama perlu dilakukan RICE (rest, ice, compression, elevation).
- Dalam waktu kurang dari 2 jam pasien harus mendapat replacement therapy faktor VIII/IX.
- Untuk perdarahan yang mengancam jiwa (intrakranial, intra abdomen atau saluran napas), replacement therapy harus diberikan sebelum pemeriksaan lebih lanjut.
- Selain replacement therapy, dapat diberikan terapi ajuvan untuk pasien hemofilia, yaitu :
- Desmopresin (1-deamino-8-D-arginine vasopressin atau DDAVP).
- Asam traneksamat
Dosis: 0,3 mg/kg (meningkatkan kadar F VIII 3-6x dari baseline).Cara pemberian: DDAVP dilarutkan dalam 50-100 ml normal saline, diberikan melalui infus perlahan dalam 20-30 menit.DDAVP juga dapat diberikan intranasal, dengan menggunakan preparat DDAVP nasal spray. Dosis DDAVP intranasal yaitu 300 mg, setara dengan dosis intravena 0,3 mg/kg. DDAVP intranasal terutama sangat berguna untuk mengatasi perdarahan minor pasien hemofilia ringan-sedang di rumah.Efek samping DDAVP: takikardi, flushing, tremor, dan nyeri perut (terutama pada pemberian intravena yang terlalu cepat), retensi cairan dan hiponatremia.Indikasi : perdarahan mukosa seperti epistaksis, perdarahan gusi.Kontra indikasi : perdarahan saluran kemih (risiko obstruksi saluran kemih akibat bekuan darah).Dosis : 25 mg/kgBB/kali, 3 x sehari, oral/intravena. Dapat diberikan selama 5-10 hari.
- Montgomey RR, Gill JC, Scott JP. Hemophilia and von willebrand disease. Dalam: Nathan DG, Orkin SH, penyunting. Nathan and oski’s hematology of infancy and childhood. Edisi ke-6. Tokyo: WB Saunders Company 2003. h. 1631-69.
- Friedman KD, Rodgers GM. Inherited coagulation disorders. Dalam: Greer JP, Foerster J, Lukens JM, Rodgers GM, Paraskevas F, Glader B, penyunting. Wintrobe’s clinical hematology. Edisi ke-11. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins 2004. h. 1620-7.
- Marques MB, Fritsma GA. Hemorrhagic coagulation disorders. Dalam: Rodak BF, penyunting. Hematology: clinical principles and applications. Edisi ke-2. Tokyo: WB Saunders Company 2002. h. 588-604.
- Scott JP, Montgomery RR. Hereditary clotting factor. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: WB Saunders Co 2007. h. 2066-74.
- World Federation of Hemophilia. Guidelines for the management of hemophilia. Canada: World Federation of Hemophilia; 2005.
Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia
Disusun oleh: UKK Hemato-Onkologi IDAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar